Kamis, 19 Desember 2013

WISATA YANG BERWAWASAN

Hampir setiap wisatawan yang melancong ke kawasan Kota Tua kebanyakan hanya berkeliling museum yang sudah terkenal. Padahal, masih banyak museum lain, juga menara hingga pelabuhan yang tak kalah menarik untuk dijelajahi.

Traveler, Kota Tua Jakarta itu luasnya 846 hektar loh! Dari pelabuhan Sunda Kelapa, Museum Bahari sampai Menara Syahbandar dan patok 0 KM Kota Batavia sebelum dipindah ke Monas sebagai patok 0 KM kota Jakarta sekarang. Dari utara hingga ke kawasan Tamansari meliputi sekitar taman Fatahillah dan Glodok. Dari Jembatan Lima hingga Pekojan dan Tugu.

Jalan-jalan ke Kota Tua Jakarta bukan ke museum saja. Misalnya ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Anda masih bisa melihat aktivitas kapal-kapal kayu motor karena umumnya sekarang mereka tidak menggunakan layar lagi. Dari sana, jangan lupa menikmati Sunda Kelapa dan Teluk Jakarta dari puncak Menara Syahbandar. Bagi yang senang berbelanja di kawasan Glodok, jangan lewatkan berburu kuliner jadul khas Betawi dan peranakan.

Opsi lainnya, ikuti saja program wisata menjelajahi Kota Tua yang digagas dan diorganisasikan oleh komunitas-komunitas. Informasinya sangat mudah ditemukan di internet. Atau, mengikuti night at the museum di Museum Bank Indonesia (BI) dan Museum Fatahillah.

Museum BI mengadakan program ini setiap bulan dan bekerja sama dengan Komunitas Historia Indonesia (KHI). Program yang hampir sama di Museum Fatahillah mesti dicek dulu jadwalnya ke museum. Program-program wisata seperti itu ada yang tidak berbayar alias gratis, ada pula yang berbayar sudah termasuk workshop.

Bagi traveler yang kebetulan tidak memiliki minat ke museum atau menjelajahi Kota Tua, opsi lainnya adalah duduk-duduk saja di sekitar Taman Fatahillah. Bisa juga menikmati hidangan Eropa di sebuah kafe di pinggir taman Fatahillah.

Opsi lainnya,adalah seperti yang saya lakukan belum lama ini. Pilihlah salah satu pojokan di teras di kafe kecil yang ada di dalam Museum Bank Mandiri. Saran saya, yang langsung menghadap Jalan Stasiun Kota.

Meskipun tidak banyak pilihan menu di sini, sambil ditemani secangkir kopi atau coklat panas, bisa juga loh menikmati pemandangan dari lalu lintas yang padat. Melihat orang-orang berjalan tergesa-gesa nyaris tanpa ekspresi, dan keberadaan halte busway yang di latarbelakangi gedung-gedung peninggalan Belanda.

Dari pojokan itu, saya mendapat gambaran lain dari Kota Jakarta. Pemandangan tersebut memberikan sudut pandang lain terhadap perjalanan sebuah ibukota. Seolah sedang disuguhi cerita hidup saya sebagai orang Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar