Kamis, 19 Desember 2013

MELONGOK JEJAK PENINGGALAN BUDAYA MASYARAKAT BETAWI "RUMAH PITUNG MARUNDA"

Rumah Si Pitung - Marunda, Jakarta Utara
Mengunjungi rumah si Pitung, dikampung Marunda Pulo, Cilincing Jakarta Utara, sama halnya menengok zaman lampau. Saat ‘Jagoan’ Betawi’ ini mengukir namanya dalam sejarah perjuangan anak bangsa melawan penjajah Belanda. sekitar tahun 1883 di Betawi (Batavia).

Hamparan tambak ikan yang maha luas menandai rumah Si Pitung, yang posisinya berderet panjang dengan rumah hunian warga kampung Marunda lainnya. Tempo dulu rumah tinggal yang dibangun diatas gundukan tanah lembab sering disatroni banjir pasang air laut, Seusai direnovasi oleh Pemda DKI Jakarta dizaman Gubernur Ali Sadikin berkuasa, tertata indah.

Rumah Si Pitung menambah panorama kampung Marunda, menjadi elok dan banyak dikunjungi wisatawan yang ingin tahu siapa itu Si Pitung. Keasrian alam pesisir Cilincing, menjadi saksi sejarah. Karena perkembangan Kampung Marunda sekarang bukan lagi sebagai daratan yang dahulu kala sering digenangi air laut pasang berbau bacin.

Areal bekas genangan air laut itu kini berubah warna bening kehijauan. Diatas tambak ikan yang rada kinclong dihuni ikan kecil-kcil berseliweran kesana kemari. Juga didapati beberapa buah perahu/ jukung kecil, yang tak henti-hentinya bergoyang diterpa ombak.

Tempo dulu ketika Si Pitung dkk sering singgah dikampung Marunda, tidak senyaman sekarang. Bahkan menyeramkan. Wilayah luas itu dulu dipenuhi semak belukar bercampur lumpur setinggi badan orang dewasa. Rumah tinggal itu milik H. Saifuddi, saudagar Betawi yang kaya raya, Rumah itu sering disatroni Si Pitung dkk. kata Farhan, juru kunci rumah si Pitung.

Pepohonan rimbun dikelilingi empang (tambak ikan) yang tidak terpelihara menampilkan pemandangan yang kurang enak dipandang. Disiang hari sepi, saat malam tiba kian sunyi. Maklum kala itu belum banyak penduduk yang berani tinggal disitu. Kalaupun ada posisinya saling berjauhan. Kecuali satu-satunya rumah panggung, milik saudagar kaya raya, H.Saifuddi, yang letaknya ditengah empang dikelilingi pepohonan dan rumput alang-alang sehingga tidak terlihat dari pesisir pantai Cilincing.

Bagi Si Pitung dan konco-konconya, rumah H. Saifuddi, justru dipandang ideal sebagai tempat pertemuan untuk merencanakan gerakan perlawanan terhadap penjajah. Sekaligus sebagai peristirahatan ideal yang sulit dijangkau serdadu Compeni karena menyeramkan. Tetapi Si Pitung dkk, menganggap biasa. Mungkin karena punya ilmu kekebalan. sehingga dengan mudah menerobos kesana. Kawasan luas berlumpur setinggi orang dewasa. Bertebaran pepohonan berduri. Merupakan sarang binatang melata atau ular berbisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar