Kamis, 19 Desember 2013

SOSOK SI PITUNG ?

Patung Sosok Si Pitung (kanan)
Dalam legenda Betawi lama, Si Pitung dikenal sebagai sosok penolong warga miskin Betawi. Menurut hikayat, dia bukan sekadar manusia biasa karena punya ilmu kekebalan tubuh dan paling disegani kawan maupun lawan. Jagoan Betawi ini juga disebut sebagai manusia berkarakter. Sifat kesalehanya menonjol karena pintar mengaji, rajin sholat dan menunjukan keberaniannya demi kebenaran dan keadilan. Tidak gentar menghadapi serdadu VOC Belanda. Memang, Si Pitung bolak-balik menjarah harta karun milik pengusaha Belanda di Betawi, bukan semata memperkaya dirinya. Melainkan untuk dibagikan kepada rakyat kecil, miskin yang menderita.

Lahir di pinggiran kota Betawi, tepatnya di kampung Rawabelong, Kemanggisan (Batavia/Jakarta Barat) seputar tahun 1883., Tidak disangka anak Betawi keturunan bapak asal Cirebon, dan ibu asli Betawi, menyandang predikat ‘Jagoan Betawi’ yang pada zamannya paling dibenci dan ditakuti oleh serdadu VOC Belanda.

Tentulah predikat ‘jagoan betawi’ diperoleh melalui proses panjang. Semasa kecil rajin belajar mengaji dibawah bimbingan guru mengaji, Haji Naipin, Karena rajin dan cerdas, Si Pitung diakui sebagai murid kesayangan Sang guru. Sehingga semua ilmu diajarkan kepadanya, termasuk ilmu kekebalan.

Kehidupan anak bangsa di Betawi pada kurun waktu 1883, sangat menderita dan terancam. Kecuali sebagian kecil rakyat Betawi yang mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial , lumayan hidupnya. Bisa menikmati roti tawar dan keju. Tetapi penduduk pribumi lainnya makan gaplek. Merasakan situasi yang makin gawat, Si Pitung yang berjiwa penolong bangkit bersama konco-konconya meningkatkan usaha mereka agar warga Betawi miskin bisa makan nasi. Kali ini penjarahan tak hanya sebatas kalangan pengusaha Belanda, tetapi juga amstenaar (pegawai negeri sipil pribumi), dan pedagang asing lainnya yang kaya raya. Hasil jarahannya dibagikan kepada rakyat miskin.

Pemerintah colonial menilai ulah Si Pitung keterlaluan, membuat situasi makin tidak kondusif. Lantas turun perintah agar serdadu VOC secepatnya membekuk Si Pitung dalam keadaan hidup atau mati. Perintah itu justru seperti membangunkan macan yang lagi tidur. Menjadikan Si Pitung murka : ‘Gue kagak takut, semua manusie bisa mati karena Allah, bukan karena elu ‘pade’ wahai serdadu brengsek’. ‘Gue ame temen-temen siap meladeni ape yang elu mau. Semuanye demi harga diri bangsa, tahu….???’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar